Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakansalah satu dari sahabat Nabi saw.
Beliau juga merupakan khalifah pertama sesudah wafatnya Nabi saw. Beliau
dikenal sebagai pemimpin yang adil dan jujur, sehingga menjadi tempat
bertanya dan berlindung bagi kaumnya.
Sekilas mengenai kehidupan Abu Bakar. Beliau merupakan keturunan kaum
Quraisy. Al-bakr diambil dari kata bakr, yang artinya unta muda. Dalam
kaum quraisy memiliki kabilh-kabilah bakr yang banyak, dan salah satunya
adalah yang terbesar. Sedangkan nama ash-shiddiq disematkan kepadanya
sejak ia masih kecil. Hingga beliau tumbuh dewasa, beliau dikenal dengan
kejujuran dan keadilannya, sehingga siapapun yang memiliki masalah akan
datang padanya. Kepercayaan yang besar inilah yang membuat beliau
menjadi rujukan ketika ada masalah melanda.
Dalm mengatur keuangan negara pun beliau sangat adil. Beliau selalu
memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Dalam pembagian jatah kesejahteraan,
beliau tidak membedakan antara tua dan muda, budak dan merdeka, maupun
laki-laki dan perempuan. Semua mendapat jatahnya masing-masing.
Dalam masa kepemimpinannya selama dua tahun tiga bulan dan sepuluh hari tepatnya, beliau menerapkan sistem balance budget. Yang
diamana sebelum beliau wafat, beliau membagikan harta yang masuk
kedalam kas kepada warga yang berhak hingga hanya tersisa satu dirham.
Hal ini menunjukkan bahwa beliau begitu penuh tanggung jawab dalam
menjaga kesejahteraan warganya.
Uang yang terkumpul tidaklah selayaknya ditahan terlalu lama. Hal ini
dapat mengakibatkan lambatnya penanganan masalah negara yang
membutuhkan kekuatan finansial. Seperti halnya pembebasan budak yanng
terhambat, tertundanya dalam pemenuhan kebutuhan warga miskin, dan
lain-lain yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat luas.
Menurut Al-Qurthubi, beliau membagi pengeluaran negara kedalam dua jenis, yaitu pengeluaran spesifik dan tidak spesifik.
Pertama, pengeluaran spesifik tertuang dalam surat At-Taubah: 60,
yang artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
Dan yang kedua, pengeluaran tidak spesifik, tertuan dalam surat
Al-Anfal: 41, yang artinya “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat
kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari
bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Selain mengatur pengeluaran negara, beliau juga membangun baitul mal
wat tamwil di rumahnya. Hal ini dilakukan agar segala pengeluaran
keuangan dapat diawasi beliau sepenuhnya.
Wallahu a’lam
Sumber:
0 comments:
Post a Comment